(Seri Ngaji Bakulan 6)
Oleh : Komandan Gubrak
1. Bom iklan
Iklan, menawarkan atau mengenalkan produk memang pekerjaan pedagang. Dan itu harus. Masa iya, dagang kok pasif.
Tapi...
Ngebom iklan dengan durasi berlebihan justru akan menjadi kontraproduktif. Anda bisa bayangkan bagaimana jika dalam posisi sebagai konsumen. Entah lagi butuh apalagi pas nggak butuh, lalu tiap hari didatangi sales yang menawarkan produk itu itu saja.
Yang butuh, mungkin hanya akan sekali membeli.
Yang setengah butuh, mungkin pertimbangan nggak enak atau kasihan.
Yang nggak butuh tapi teman, akan bilang 'lain kali aja ya...'
Dan yang emosian mungkin akan segera mengusir atau memblokirmu
Bagi konsumen, bom iklan tak ubahnya seperti teror. Mengusik ketenangan, mengintimidasi pikiran dan bikin tensi darah meluap. Pernah lihat kan, parpol dengan bom iklan gila gilaan dan ternyata suaranya nggak lulus ET ?
Lalu,
Apa yang harus kita lakukan ?
Kembali ke teori, konsumen adalah raja. Berpikirlah tentang bagaimana ia bahagia, bukan berpikir kita dapat laba. Sentuh hatinya, bukan sentuh dompetnya. Berikan proporsi yang lebih untuk sebuah persahabatan yang renyah. 80% membina pertemanan, 20% dagang. Atau sederhananya, banyakin konten diluar iklan. Itu angka moderat.
Jika itu disosmed, banyakin sambang tuh status kawan. Buat ia senang dan merasa dihargai. Tapi, ya jangan dibom iklan juga statusnya. Bisa kan, bedakan antara kawan dan bisnis ?
2. Jangan jadi pembenci akut
Tidak ada pedagang yang sukses dengan mencitrakan diri sebagai pembenci akut. Catat kalimatnya. Ada kata akut. Namanya akut tuh levelnya stadium akhir. Parah. Benar salah tetap benci. Udah gitu kontinuitasnya tinggi. Diomongin terus terusan. Bom iklan paling pol hanya akan membuatmu didelete dari pertemanan, tapi kebencian akan membangunkan konsumen untuk angkat senjata dan menghabisimu.
Ohhh....ini soal prinsip hidup.
Jika begitu, mending lupakan saja daganganmu dan fokus dagang kebencian.
3. Jangan mencitrakan diri sebagai sosok yang fanatik
Prinsip hidup itu penting. Itu untuk menjaga diri kita dari hal hal yang tak diinginkan. Tapi, tak serta merta kita paksakan itu terhadap konsumen. Kecuali anda sendirian berjualan produk itu dan tanpa pesaing. Pun demikian, belum tentu ketika konsumen membeli, tanda sepakat dengan kita. Bisa jadi karena memang butuh produk.
Citra fanatik dalam jangka pendek mungkin saja memberikan kita keuntungan. Misalnya, kita menjual merchandise team sepakbola. Sikap fanatik di mata pendukung team yang fanatik akan memberikan efek lebih. Konsumen akan merasa kita adalah saudara seperjuangan. Tapi dalam jangka panjang juga menyulitkan kita jika misalnya ingin ekspansi atau memperluas cakupan produk. Konsumen kita bisa stag di segmen itu itu saja.
Pun juga, jika trend sebuah produk mengalami penurunan, maka kita akan kesulitan merubah citra.
So, pintar pintar mengukur sajalah
ConversionConversion EmoticonEmoticon