(Seri Ngaji Bakulan 3)
Oleh : Komandan Gubrak
Parjo dan Joko adalah kawan bermain sejak kecil. Sekolah di tempat yang sama, bangku yang sama dan memiliki aktivitas di luar sekolah yang sama. Dan entah kebetulan atau takdir, ketika dewasa, mereka ternyata juga memiliki mertua yang sama. Parjo menikahi Parjiati, sementara Joko kawin dengan adiknya, Perginawati.
Karena sejak kecil menekuni hal yang sama, mancing, maka ketika berumah tangga, keduanya juga berprofesi sama. Pencari ikan.
Syahdan, kedua sahabat sekaligus ipar ini menggelar acara mancing bareng di sungai Bengawan Solo. Siang itu aliran sungai lumayan deras. Mungkin di hulu terjadi hujan deras. Kegiatan itu mereka lakukan hingga sore. Dan hasil pancingan hari ini sungguh luar biasa. Tak tanggung-tanggung, dua ember penuh ikan mereka bawa ke rumah.
Parjo yang sampai di rumah lebih awal lima detik disambut Parjiati dengan muka berbinar binar.
"Gimana kegiatan hari ini, mas ?" Parjiati sembari menyuguhkan segelas teh hangat dan beberapa butir gorengan.
"Benar benar hari yang menegangkan dan menyenangkan, dik" ungkap Parjo antuasias.
"Oh ya ?" Parjiati meraih pundak suaminya dan memijit perlahan.
"Aku memulainya dari sisi kiri. Dua ekor berhasil aku tarik dalam tempo lima menit. Hanya sebesar dua jari. Tapi lincahnya minta ampun. Tarikan pertama nyaris lepas, tapi aku buru buru mengulur tali. Yang kedua, rupanya tak ada halangan berarti. Setelah itu, aku meniti ranting yang menjulur ke tengah sungai. Mencoba sisi sungai yang lebih dalam. Butuh setengah jam untuk strike ikan ukuran jumbo. Itupun aku mesti berjibaku menjaga keseimbangan"
"Waw...seru ya..." potong Parjiati terpukau.
Perempuan yang sudah beranak dua itu tak ubahnya seperti suporter sepakbola yang dengan antusias mendengar kisah sang suami.
Sementara di serambi rumah yang tak jauh dari mereka, Perginawati juga melakukan ritual penyambutan terhadap suaminya.
"Dapat berapa, Pak ?" todongnya.
"Alhamdulilah, hasil hari ini banyak" Joko memamerkan ikan tangkapannya.
Dengan raut muka berseri-seri Perginawati mengambil timbangan dari dalam rumah dan mulai menimbang ikan ikan itu.
"Besok lagi harus dapat segini lagi ya, pak?" Perginawati terlihat makin bernafsu.
Esoknya, Parjo dan Joko kembali menggelar kail di sungai yang sama. Tapi tak seperti hari kemarin, hasil pancingan mereka turun drastis. Hanya beberapa ekor saja. Bahkan meski senja hendak menjemput malam, tak ada perubahan hasil. Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah masing masing.
Meski hasilnya sama sama minim, namun situasi di rumah keduanya sungguh berbeda. Parjo yang meski hanya membawa beberapa ekor tetap menunjukkan antusiasmenya di depan Parjiati. Ia kembali bercerita bagaimana ia berjibaku memburu ikan, menceritakan detik demi detik keberhasilan dan kegagalannya. Sementara Parjiati bertingkah seperti biasanya. Menjadi suporter yang menyenangkan. Ia tahu, memancing bagi suaminya adalah hoby.
Sebaliknya, Joko yang membawa sedikit hasil pancingan merasa sangat sedih bukan kepalang. Baginya, hasil adalah penentu nasib rumah tangganya. Ia dan anak istri menggantungkan ekonomi dari memancing. Dapat banyak adalah prestasi, dan membawa sedikit hasil adalah musibah.
Dua tahun kehidupan mereka berlalu. Dan Tuhan menakdirkan kedua keluarga itu memiliki nasib berbeda. Parjo kini berubah menjadi pemancing profesional. Yang medan perangnya tidak lagi sekedar sungai, tapi ia mulai mencari tantangan yang lebih luas. Berlayar ke tengah danau, rawa rawa dan juga mengarungi lautan.
Lalu, Joko bernasib mengenaskan. Setiap kegagalan selalu berbuah malapetaka. Pertengkaran kecil hingga besar mereka lalui bertubi-tubi. Hingga akhirnya kedua insan itu sepakat bercerai. Kehidupan Joko hancur lebur. Jangankan beranjak baik, kian hari nasib Joko kian runyam. Ia bahkan sudah menjual alat pancingnya.
Teman teman...
Antara hoby dan mencari ikan, mungkin memiliki kesamaan. Sama sama dapat atau tidak mendapatkan ikan. Akan tetapi secara psikologis berbeda. Orang yg melakukan sesuatu karena senang, ia tak akan terlalu memikirkan hasil. Tapi bagi mereka yang memang niatnya mendapatkan ikan, berhasil dan gagal tak ubahnya seperti hidup dan mati.
Para pebisnis yang professional adalah mereka yang menjadikan bisnis sebagai hoby. Sebuah kesenangan, kebahagiaan dan seni. Membangun kekuatan, mendirikan benteng pertahanan, merencanakan ekspansi, menaklukkan lawan, berjibaku, mengumpulkan puing yang berserakan dan sebagainya, bagi mereka adalah surga itu sendiri. Terlepas menang atau kalah. Sementara para amatir, surga hanyalah saat ia mendapatkan.
Persis seperti ketertarikanmu pada perempuan pujaanmu.
Ada yang hanya paham bahasa mencintai. Dan ada pula yang hanya mengerti bahasa memiliki.
Bussines is a game
Bisnis itu permainan, brother !!!
ConversionConversion EmoticonEmoticon