JAKARTA Kementerian Agama menggelar Pelatihan Instruktur Nasional Moderasi Beragama bagi dosen dan mahasiswa PTKI se-Indonesia. Salah satu kegiatannya adalah melakukan kunjungan ke Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah.
Enam puluh dosen PTKI bersama seratus mahasiswa PTKI hadir dalam kegiatan tersebut. Rombongan PIN-MB dipimpin oleh Ruchman Basori, Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan Dirjen Pendis Kemenag RI.
Dalam sambutannya, Ruchman menyatakan bahwa Indonesia menghadapi ancaman radikalisme sehingga moderasi beragama perlu diarusutamakan. "NU dan Muhammadiyah menghadapi problem yang sama. Banyak dosen, TNI, dan Polri yang terpapar radikalisme.", Kata Ruchman.
Ruchman menambahkan bahwa kunjungan ini dimaksudkan agar dosen dan mahasiswa mendapatkan bekal untuk melakukan counter terhadap radikalisme ketika mereka pulang ke kampus masing-masing.
Rombongan diterima oleh Didik Suhardi, Ph.D; Dr Teuku Ramli Zakaria, dan Agus Tri Sundani.
Didik Suhardi, Ph.D, wakil ketua Majelis Dikdasmen menyatakan bahwa Muhammadiyah sudah melakukan riset. "Temuannya adalah radikalisme beririsan dengan wawasan beragama dan wawasan kebangsaan.", Kata Suhardi.
Suhardi menambahkan bahwa, "Bagi Muhammadiyah, NKRI adalah darul ahdi was syahadah, negeri perjanjian dan persaksian." Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo adalah tokoh Muhammadiyah yang turut menjadi arsitek NKRI.
"Sebab itu, Muhammadiyah tidak akan berkhianat kepada NKRI karena ia yang mendirikan.", tegas Suhardi. Dalam hal moderatisme, sekolah Muhammadiyah menerima seluruh elemen masyarakat apa pun latar agama mereka.
"Walikota Jayapura adalah alumni sekolah Muhammadiyah dan ia tetap nonmuslim. Demikian jug Bupati Alor. Pendidikan di Muhammadiyah menanamkan ketakwaan sesuai agama masing-masing. Inilah the real of moderation.", kata Suhardi.
"Muhammadiyah melakukan tindakan preventif terhadap ancaman radikalisme. Kami tegas dan punya prinsip.", tutur Suhardi. [Nasrudin]
ConversionConversion EmoticonEmoticon